Do Not Go Gentle Into That Good Night By: Dylan Thomas
riwayatmu, sekedar catatan catatan yg sempet tercatat di dunia yang katanya maya.
Mawie Ananta Jonie:
SERATUS PUSI BAGIMU NEGERI (49)
Hanya suara angin dari bukit barisan yang menyapa ketika hatiku bersauh
di teluk yang tenang dan pelabuhan berpagar pulau sarang elang laut
aku menyahut lambaian tangamu dan isak tangis semakin jauh
tatkala kapal yang kutumpang berlayar dalam kabut
Dan peluit kapal itu berkepompong di ujung dam selamat tinggal
kepada kampung halaman, selamat tinggal tepian tempat kumandi
dan di tahun-tahun pembunuhan pemberontakan yang gagal
aku jadi perantau yang tak berkesudahan sampai hari ini
Rupanya mimpi- mimpi itu adalah permainan tidur sebuah rindu
Amsterdam, 23-04-2005.
Entah, Cinta Yang Mana Kini Sedang Kau Genggam--
entah, cinta mana kini kau genggam
di getar jemarimu kisahkisah berceceran
seperti tak ingin kau ingat kesedihan, luka dari tiap pertempuran
mungkin kau telah demikian banyak kehilangan
setiap kepergian yang kau antarkan
di persimpangan jalan itu
entah, apa saja kini kau pikirkan
demikian banyak yang melintas dan tak sempat kau catat
seperti tak ingin ada kenangan pada halaman buku harian
saat langkah kaki menapaki jarum jam
di pergantian hari dengan namanama yang sama
waktu bagimu adalah tanda, sebuah prasasti
dengan lonceng yang siap berdentingan
memanggil hujan di sudut matamu
ya, lalu kau hanya mengenal hari untuk tiap peristiwa
meski tidak untuk kau catat dalam buku harian
entah, cinta yang mana kini sedang kau genggam
di debar dadamu bungabunga berjatuhan
menjadi kupukupu yang mengantarmu pergi
melewati ribuan prasasti
dan loncenglonceng yang terus berdentangan
Kerinduan siang pada malam adalah petang yang gelisah ingin pulang
ADA YANG BELUM PULANG PETANG INI
Ada yang belum pulang petang ini
Namun bukan anak mimpi tadi siang
Sebentar lagi maghrib
Siapa yang akan menemani ku mendengarkan adzan?
Menekan saklar-saklar lampu yang terlalu banyak itu?
Menyambut malam hari yang berwibawa itu?
Ada yang belum pulang petang ini
Namun terpaksa tak aku pedulikan
Ada yang belum pulang petang ini
Lalu begitu saja semuanya berjalan
Ada
Namun bukan mimpi nanti malam
TAK PANDANG BULU
Oleh: Tumpal Sihombing
lihatlah kala jagad bekerja
lucu kupandang di dalam tangis
menatap jagad hanyutkan insan
mainkan lakon bak sandiwara
baik dan jahat terima curahan
berkat alami hujan di bumi
bukan karena pinta si baik
bersemi bumi dicipta Ilahi
adillah Allah sang maha kuasa
berikan mereka apa diminta
adakah Dia berikan ular
bagi mereka yang minta roti
pabila dunia dirasa tak adil
pantaskah insan pertanyakanNya
adakah hukum alam menurut ?
asa menunduk di kehendakNya
lebih baikkah yang lain dibanding
sumatera yang t’rima bencana tsunami
laksana tiada ampun menyerang
sang swarnadwipa dirantai musibah
ada bencana ragam bentuknya
sadar tak sadar berdampak derita
apakah bila tak paham sebabnya
salahkan yang lain sang pemicunya
tak pandang bulu Allah menatap
tobat insani bencana pun henti
apabila tiada sadarkan jua
anak manusia tanggung kembali
waktu ke belakang berlarian, tak sempat brenti sejenak. terkepung pusaran. satu - satu harus terselesaikan, satu - satu harus disudahkan.
ke mana langkah berjalan, ke sana benak dibenamkan.
ke mana hasrat menoleh, ke sana asa di sandarkan
ke mana perih singgah, ke sana tangis di alirkan