Thursday, April 28, 2005

Do Not Go Gentle Into That Good Night By: Dylan Thomas

Jangan pergi kemalam kelam, Usia seharusnya membakar hari yang mendekat; mengamuk melawan sekarat yang benderang. Meski akhirnya mereka tahu gelap adalah benar, Sebab katakata yang berdusta tidak meneranginya Jangan pergi kemalam kelam. Orang yang baik, bertahan pada gelombang, menangisi kecerdasan. Amal yang lemah mungkin telah menari diteluk yang hijau, mengamuk melawan sekarat yang benderang. liar menangkap dan bernyanyi saat matahari melarikan diri, Dan belajar sudah terlambat, mereka dukakannya, Jangan pergi kemalam kelam. Mereka yang terkubur, dekat dengan kematian, yang melihat dengan buta. menyala seperti meteor yang gembira, mengamuk melawan sekarat yang benderang. Dan kamu ayah; diam-diam kesana dengan sedih yang menjadi, Kutukan, memberkatiku sekarang dari mata galakmu, aku berdoa. Jangan pergi kemalam kelam. mengamuk melawan sekarat yang benderang.


me, In Manado

Tuesday, April 26, 2005

Sajak dari negeri seberang

Mawie Ananta Jonie:

SERATUS PUSI BAGIMU NEGERI (49)

Hanya suara angin dari bukit barisan yang menyapa ketika hatiku bersauh
di teluk yang tenang dan pelabuhan berpagar pulau sarang elang laut
aku menyahut lambaian tangamu dan isak tangis semakin jauh
tatkala kapal yang kutumpang berlayar dalam kabut

Dan peluit kapal itu berkepompong di ujung dam selamat tinggal
kepada kampung halaman, selamat tinggal tepian tempat kumandi
dan di tahun-tahun pembunuhan pemberontakan yang gagal
aku jadi perantau yang tak berkesudahan sampai hari ini

Rupanya mimpi- mimpi itu adalah permainan tidur sebuah rindu

Amsterdam, 23-04-2005.

Thursday, April 21, 2005

Sajak-sajak Zay lawanglangit

Entah, Cinta Yang Mana Kini Sedang Kau Genggam--

entah, cinta mana kini kau genggam
di getar jemarimu kisahkisah berceceran
seperti tak ingin kau ingat kesedihan, luka dari tiap pertempuran
mungkin kau telah demikian banyak kehilangan
setiap kepergian yang kau antarkan
di persimpangan jalan itu

entah, apa saja kini kau pikirkan
demikian banyak yang melintas dan tak sempat kau catat
seperti tak ingin ada kenangan pada halaman buku harian
saat langkah kaki menapaki jarum jam
di pergantian hari dengan namanama yang sama
waktu bagimu adalah tanda, sebuah prasasti
dengan lonceng yang siap berdentingan
memanggil hujan di sudut matamu
ya, lalu kau hanya mengenal hari untuk tiap peristiwa
meski tidak untuk kau catat dalam buku harian

entah, cinta yang mana kini sedang kau genggam
di debar dadamu bungabunga berjatuhan
menjadi kupukupu yang mengantarmu pergi
melewati ribuan prasasti
dan loncenglonceng yang terus berdentangan

sajak: tito yulianto

Kerinduan siang pada malam adalah petang yang gelisah ingin pulang

ADA YANG BELUM PULANG PETANG INI

Ada yang belum pulang petang ini
Namun bukan anak mimpi tadi siang

Sebentar lagi maghrib
Siapa yang akan menemani ku mendengarkan adzan?
Menekan saklar-saklar lampu yang terlalu banyak itu?
Menyambut malam hari yang berwibawa itu?

Ada yang belum pulang petang ini
Namun terpaksa tak aku pedulikan

Ada yang belum pulang petang ini
Lalu begitu saja semuanya berjalan

Ada
Namun bukan mimpi nanti malam

sebuah sajak

TAK PANDANG BULU

Oleh: Tumpal Sihombing

lihatlah kala jagad bekerja

lucu kupandang di dalam tangis

menatap jagad hanyutkan insan

mainkan lakon bak sandiwara

baik dan jahat terima curahan

berkat alami hujan di bumi

bukan karena pinta si baik

bersemi bumi dicipta Ilahi

adillah Allah sang maha kuasa

berikan mereka apa diminta

adakah Dia berikan ular

bagi mereka yang minta roti

pabila dunia dirasa tak adil

pantaskah insan pertanyakanNya

adakah hukum alam menurut ?

asa menunduk di kehendakNya

lebih baikkah yang lain dibanding

sumatera yang t’rima bencana tsunami

laksana tiada ampun menyerang

sang swarnadwipa dirantai musibah

ada bencana ragam bentuknya

sadar tak sadar berdampak derita

apakah bila tak paham sebabnya

salahkan yang lain sang pemicunya

tak pandang bulu Allah menatap

tobat insani bencana pun henti

apabila tiada sadarkan jua

anak manusia tanggung kembali

Wednesday, April 20, 2005

dikejar hari , dikejar waktu

waktu ke belakang berlarian, tak sempat brenti sejenak. terkepung pusaran. satu - satu harus terselesaikan, satu - satu harus disudahkan.

ke mana langkah berjalan, ke sana benak dibenamkan.
ke mana hasrat menoleh, ke sana asa di sandarkan
ke mana perih singgah, ke sana tangis di alirkan

Friday, April 01, 2005

wah !

Wah!

Kerjaan buanyak sekal!
Wah!
Udah hari jum;at
Wah!